Batik berasal dari bahasa Jawa amba yang berarti menulis dan titik.
Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan malam/lilin (wax) yang ditorehkan ke atas kain dengan alat canting, sehingga malam dapat menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya ”wax-resist dyeing”.
Teknologi batik dapat ditinjau dari jenis bahan kain putih (katun, sutera, atau wool), malam , bahan pewarna, bahan pembantu pewarnaan, dan proses pembuatan batik. Simbolisme pada batik ditampilkan oleh warna yang diterapkan pada motif-motifnya. Warna batik tradisional adalah biru/hitam (melambangkan kekekalan/abadi), merah coklat/soga melambangkan kebahagiaan), dan putih (melambangkan hidup/sinar dari kehidupan).
Warna alami biru/hitam diambil dari tanaman indigofera/nila/tom yang difermentasi. Warna coklat/soga diambil dari campuran kulit pohon tingi (arah warna merah), kulit pohon jambal (arah warna merah coklat), atau kayu tegeran (arah warna kuning). Pewarnaan sintetis untuk batik mulai dipergunakan pada abad XVI bersamaan dengan ditemukannya teknik cap yang dapat mempercepat proses pembuatan batik.
Batik adalah karya yang dipaparkan di atas bidang datar (kain atau sutra) dg dilukis atau ditulis, dikuas atau ditumpahkan atau dengan menggunakan canting atau cap dengan menggunakan malam untuk menutup agar tetap seperti warna aslinya (Yahya, 1971:2)
Membatik adalah cara membuat / menggambar motif pada kain atau yang lain dengan sistem tutup dg malam dan celup dg warna (Ketut Sunarya, 2000).
Membatik adalah pewarnaan pada kain dengan menggunakan lilin/malam sebagai batas antar warna (perajin batik, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar